(Informasijogja) Denpasar Bali - Tanah yang ditempati bangunan Candi tersebut
dulunya merupakan sebuah tempat yang masyarakat bilang tanah ,,Jalmo moro Jalmo
mati,, yang artinya tanah itu jangan di
anggap enteng masalah kengkeran dan
gawatnya lokasi , jangankan manusia yang berani mencoba mendirikan bangunan
rumah disitu, sedangkan hewan yang memakan rerumputan yang tumbuh dilokasi itu
pasti akan mati, jadi tanah tersebut benar benar tidak ada yang berani
menjadikan hak milik seseorang
Yang menjadi pertanyaan :
kenapa sekarang sudah berdiri megah sebuah bangunan Candi ….??
Jawabnya terlalu panjang , karena
dalam proses pembuatan bangunan nya pun harus melewati beberapa rithual rithual
yang memakan waktu yang lama , itupun tidak sembarang orang dapat
melakukannya,karena munculnya rasa ragu karena takut nanti akan mendapatkan
marah dari yang menempati dan yang menguasai lokasi tanah itu, mati adalah
sebah kata akhir yang diterima oleh siapa yang wani wani melakukan tirakat di situ, semua itu akan
terjadi secara tidak kasab mata [Ghoib],
Benar bangunan Candi itu sudah
berdiri megah di atas tanah perbatasan kepemilikan nya antara Desa Kalangan
dengan Desa Karang wungu, tapi tanah dan bangunan Candinya masih masuk hak Desa
Kalangan, Cuma bangunan Candi tersebut berdekatan dengan perumahan warga Desa
Karang wungu, jadi semua itu Kalangan lah yang berhak memiliki sebuah ASSET
bertaraf internasional itu, kenapa begitu……….. karena pelopor dan pelaku
segalanya terfokus dari luar jawa dan luar negeri
Lantas siapa saja yang menjadi
tokoh dalam kronologis berdirinya sebuah Candi itu…??
PANDITA EMPU NABE REKA DARMIKA
SANDHI YASA…… Griya Kertasari, Banjar
Kayumas Kaya, jalan Winda No : 5
Denpasar Bali, merupakan pemrakarsa dalam proses awal hingga akhir pembangunan
Candi tersebut, mulai dari razio, tenaga, dan materialnya Nabe lah yang
mengusahakan, lantas apa di lokasi wilayah Desa Kalangan tidak ada orang yang
bisa dan mau di tokohkan ..?? adapun sebagai
jawabannya : Jelas ada ….
Mulai dari :
SUDIYATNO, TOTO SUWARNO, SUPARMAN DAN BABAHE SURATMAN merupakan tokoh dan peran utama yang simpati
, mau dan ikut terjun langsung dalam pembangunan juga menata struktur
kepengurusannya,terbukti sampai sekarang Cuma figure figure itu yang stabil
dalam posisi kepengurusan, banyak terjadi fenomena fenomena pergantian pengurus, karena banyak orang juga
yang ingin menduduki sebagai pimpinan dlam struktur Candi Untoroyono
Tapi semua nya kandas di tengah
perjalanan, ganti lagi dan ganti lagi , akhirnya pada awal tahun 2013 MPU NABE memanggil orang orang yang dia anggap
berpotensi dalam berktivitas di Candi Untroyono tidak lain dan tidak bukan juga orng
orang yang tercantum namanya diatas, disitu diadakan sebuah proses Regenerasi
Pengurus , yang sebetulnya semua itu tidak layak kalau dikatakan saat sat
regenerasi, karena yang menduduki jabatan pengurus merupakan wajah wajah lama
dan pernah juga menjabat sebagai pengurus Candi,,
SUDIYATNO yang juga seorang pejabat Perangkat Desa[
Kaur Pemerintahan] Desa Kalangan sempat menorehkan
apa yang terjadi pada saat terjadinya pembaharuan pengurus Candi itu pada
saat pertemuan antara Diyatno dengan ,,
Informasi Jogja,, di sela sela kesibukannya juga dilaokasi Candi situ,Bendahara Desa Kalangan
yang satu ini yang baru dikaruniai seorang anak ini lah yang dipercaya oleh Mpu Nabe untuk
menjadi Ketua lagi,
TOTO SUWARNO menjabat sebagai sesepuhnya dan tokoh lain seperti SUPARMAN
dan SURATMAN sebagai seksi keamanan juga Humasnya, semua ini dilengkapi
pengurus lain yang berasal dari luar daerah Desa Kalangan, jadi sejak awal
tahun 2013 Diyatno kembali menduduki jabatan
Ketua lagi, yang di bantu oleh kerabat dan pengurus yang lain, akhirnya
pada setiap malem hari Selasa dan malem Jum”at
diadakan sebuah rithual sembahyangan secara rutinitas. [KUS].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar